Bicara itu tidak hanya soal lisan. Tapi semua bentuk yang keluar dari pikiran manusia. Bisa itu lisan, bisa juga tulisan, bisa itu isyarat, bisa gambar, bisa itu suara atau pikiran itu sendiri.
Jadi, bicara itu adalah repleksi dari buah pemikiran sehingga menjadi bentuk verbal maupun non-verbal. Kemudian banyak juga yang mengatakan itu adalah pesan.
Lewat tulisan ini, sejatinya saya sedang berbicara. Kalau boleh mengutip istilah komunikasi, ada komunikasi langsung atau berbicara dengan lisan, ada komunikasi tidak langsung atau berbentuk tulisan. Kedua-duanya disepakati adalah komunikasi. Dan komunikasi itu adalah berbicara.
Firman Allah dalam Al-Qur'an:
مَا يَلْفِظُ مِنْ قَوْلٍ إِلَّا لَدَيْهِ رَقِيبٌ عَتِيدٌ
Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat).
(QS. Qāf : 18)
Kalau kita mengacu kepada ayat di atas, akankah semuanya terkait? Maksudnya, bicara langsung dan tidak langsung?Jawaban yang benar hanya Allah-lah yang maha mengetahui.
Namun, kalau ucapan bisa difahami oleh manusia dan tulisan juga bisa difahami, tentu itupun akan tercatat oleh malaikat. Karena Apapun yang kita kerjakan, sungguh diawasi oleh Allah SWT.
إِنَّ رَبَّكَ لَبِالْمِرْصَادِ
Sungguh, Tuhanmu benar-benar mengawasi.
(QS. Al-Fajr : 14)
Sama halnya bahwa sebagaimanapun kecil bentuk amal perbuatan, meski sebesar Zarroh, bisa itu amal baik atau amal buruk, akan diketahui oleh Allah SWT dan kita akan melihat balasan dari apa yang kita kerjakan.
فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ
Maka barang siapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
(QS. Az-Zalzalah : 7)
وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ
Dan barang siapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasan)nya.
(QS. Az-Zalzalah : 8)
Konteks berkomunikasi di era kekinian, mungkin sudah menjadi adat, dimana bicara satu sama lain bisa lewat chat dengan aplikasi atau medsos. Itulah bagian dari bicara atau komunikasi. Karenanya berhati-hatilah kita dalam berbicara dengan siapapun, terlebih kita bicara dengan tulisan. Karena banyak multitafsir kepada tulisan yang dishare secara public.
BAHAYA GHIBAH
Kita ketahui bersama bahwa Ghibah adalah membicarakan kejelekan orang lain. Kalau saja kita tahu dan penuh rasa kehati-hatian, tentu kita akan menghindari berbuat Ghibah. Kenapa? Karena ijma' para ulama mengatakan bahwa Ghibah hukumnya Haram. Haram adalah kalau dikerjakan mendapat dosa, jika ditinggalkan akan memperoleh pahala. Saya yakin, kalau kita sadar soal itu, maka kita akan memilih untuk menghindari dan tidak melakukan ghibah.
Tapi faktanya, banyak praktik ghibah yang dilakukan secara terorganisir. Bahkan sudah menjadi adat atau kebiasaan. Parahnya lagi, ghibah dikemas sedemikian rupa untuk meraup finansial. Dan anehnya setiap acara yang ada ghibahnya, pasti banyak yang menonton dan pihak penyelenggara acara banyak diuntungkan.
Apa itu Ghibah?
Ghibah adalah perkataan tentang manusia soal apapun yang membuat ia tidak menyukainya. Itulah definisi ghibah menurut Al Imam Nawawi dalam kitab Al-Adzkar.
Kata "apapun" di sini adalah : seperti bicara soal dirinya, agamanya, hartanya, bentuk tubuhnya, akhlaknya, pakaiannya, cara jalannya, anaknya, orang tuanya, pembantunya, mukanya yang murung dan apapun yang menempel kepadanya yang kalau dibicarakan bisa membuat ia marah karena tidak suka dibicarakan. Dan kesemuanya itu lah ghibah.
Di dalam kitab karya Imam Nawawi itu juga disebutkan, bahwa Ghibah tidak hanya diucapkan oleh lisan. Tapi bisa itu berbentuk tulisan, sindiran, isyarat dengan mata, anggota tubuh dan juga ghibah dengan pikiran kita sendiri. Dan kesimpulannya, inilah yang kemudian menjadi perhatian penuh kita, untuk memelihara diri dari berbuat Ghibah apapun bentuknya.
0 comments: