Kamis, 12 Januari 2023

FITNAH AKHIR ZAMAN


Berada pada posisi apapun kita di kehidupan ini, kerap kali terjerat dengan fitnah dunia. Diantaranya adalah cara berpikir kita dibuat terbalik. Kita mudah membuat penting hal yang sepele dan membuat sepele hal yang penting. Juga masih banyak dimensi absurd dalam cara pandang kita terhadap peristiwa yang tengah dihadapi, baik dekat maupun jauh dari lingkaran kita. Sebutlah, fitnah dunia ini membuat kita bingung, bimbang, cemas, takut, larut, pusing, gampang naik pitam, merasa tidak perlu ikhlas, selalu berpikir negatif dan masih banyak yang lainnya.

Kita akan coba bahas secara detil fitnah dunia di akhir zaman ini. Semoga bermanfaat buat saya pribadi dan umumnya untuk kita semua yang mau membaca tulisan ini.

FITNAH DI KELUARGA

Sering kali kita berhadapan dengan masalah ekonomi yang tak kunjung membaik. Pendapatan dengan pengeluaran kerapkali timpang. Besar pasak daripada tiang. Tidak sadar, suami dan istri terjerat dalam konflik berkepanjangan gegara hal sepele. Hingga anak-anaklah yang menjadi korban. Mulai dirundung rasa putus asa; Tidak punya harapan hidup; Bisnis terpuruk dan tidak berpotensi mendogkrak finansial keluarga; Belum lagi hutang di mana-mana yang sudah lewat dari jatuh tempo; Sementara bayaran anak sekolah mulai menumpuk tagihan. Pecah rasanya kepala menghadapi semua ini yang tak ubahnya seperti benang kusut.

Padahal kunci dari masalah ini adalah : Mendekatkan diri kepada Allah, Sabar dan ikhlas dalam menghadapi ujian ini. Itulah kebenaran.

FITNAH SEBAGAI PENGUSAHA

Sang pengusaha menyadari bahwa akar yang baik akan melahirkan cabang yang tinggi, sehingga ia menjalani bisnis dengan memperhatikan halal-haram, tidak ada Riba dan ghoror, tapi hasilnya malah NOL. Pendapatan sangat minim dan usaha tidak berkembang. Apa yang salah? Kemudian sang pengusaha mulai berpikir. "Lebih baik kayak dulu, biasa aja gak lihat halal-haram, omzet memuncak cepat" ujarnya setengah putus asa. Hingga ia kembali ke pilihan awal. "Kebenaran hanyalah hambatan menuju kesuksesan" ungakapnya di akhir. Ia tidak sadar, itulah rayuan syetan yang memberikan janji palsu.

Padahal boleh jadi itulah ujian awal dari Allah SWT untuk seorang hamba yang tengah hijrah. Sejauh mana Istiqomah dalam menjalankan keimanan kepada Allah SWT.

Dilain kasus, para pengusaha tergoda janji syetan dengan menggunakan kemusyrikan dalam usahanya. Ia pergi ke dukun untuk mendapatkan pengasihan atau apalah namanya, dengan tujuan menjadi kaya. Memang betul, ia menjadi kaya raya. Bisnisnya meningkat pesat, tapi diakhir hidupnya sang pengusaha itu malah mendapatkan penderitaan yang tidak ada obatnya. Hartanya habis dan ia sendiri terkapar penyakit yang tak kunjung sembuh. Na'udzubillahi min dzalik.

FITNAH SEBAGAI GURU

Menjadi seorang guru memang pekerjaan suci dan memperoleh penghargaan tinggi di masyarakat. Tapi banyak guru yang larut dengan jeratan manis. Terjebak dengan janji-janji palsu syetan, sehingga ia bersifat 'udzub (kagum terhadap diri sendiri).

Fakta fitnah yang saya temukan sebagai guru, diantaranya :
  1. Berkeinginan memperlihatkan kemampuan diri di depan semua jama'ah, dengan tujuan menarik simpatik atau tebar pesona, dan memindahkan jama'ah untuk mengikutinya. Atau ia ceramah dengan sangat hebat, niatnya supaya kelak diundang lagi dan banyak mendapatkan jadwal ceramah di banyak tempat.
  2. Mengajar atau ceramah bukan niat lillahi ta'ala tapi berniat Lil ekonomi atau Lil uang. Sehingga kerap kali memakai tarif dalam ceramahnya. Mulai berhitung, kalau satu kali ceramah dapat 5 jt terus sehari ada 4 tempat, penghasilan sehari 20jt. Sehingga kemudian ia terus mengasah sisi profesionalisme-nya agar selalu laku.
  3. Mengajar mulai tidak bersemangat ketika jama'ah sedikit dan tiba-tiba sangat berapi-api dan power full ketika jama'ah banyak.
  4. Mulai senang dengan pujian dan tidak senang kesalahannya diketahui orang lain.
  5. Terbiasa dengan penghormatan dan penghargaan dari manusia, ketika tidak dihormati dan dihargai akan sangat marah dengan emosi yang berlebihan.
  6. Terbiasa mengikuti hal yang disukai jama'ah dan menyembunyikan hal yang tidak disukai mereka dari dalil Al-Qur'an dan hadits nabi. Alasannya supaya tetap laku di masyarakat.
  7. Menghinakan dirinya dengan mendatangi rumah-rumah mewah para konglomerat dan pejabat dengan harapan mendapatkan kemewahan dunia.
  8. Mulai hubbud Dunya (cinta dunia) dan lupa terhadap tujuan semula adalah menyampaikan risalah Islamiyyah.
  9. Materi keilmuan hanya sebatas pesan yang disampaikan dan tidak perlu diamalkan oleh diri sendiri. Dan juga menggampangkan hukum Allah dan syariat Islam.
  10. Mulai keras kepala dengan nasehat orang di level bawah. Ia merasa sangat alim, sehingga seolah-olah tidak pernah salah.
  11. Mendzolimi murid dan jama'ahnya tatkala mengajar tanpa muthola'ah dan cenderung menyepelekan.
  12. Mulai sadar kamera dan media sosial karena itulah yang akan membawanya sukses dan besar. Sehingga ia hanya bicara banyak ketika ada kepentingan dan seperlunya ketika berhadapan dengan orang yang menurutnya tidak penting.
Dan masih banyak lagi fitnah2 akhir zaman sebagai seorang guru.

FITNAH SEBAGAI MURID
  1. Sangat patuh kepada gurunya ketika apa yang dia amalkan dari ajaran gurunya itu ada hasilnya. Tapi ketika tidak sesuai dengan keinginannya, cenderung ingkar dan meninggalkannya.
  2. Merasa dekat dengan gurunya dalam hubungan muamalah, menjadikannya tidak beradab dalam sikap dan cenderung songong.
  3. Mulai menyalahkan sang guru ketika guru tersebut khilaf, sehingga ia berpikir suudzon dan menggunjing sang guru di depan umum.
  4. Banyak bertanya bahkan mempertanyakan soal apapun kepada guru. Tidak sederhana, cukup "sami'na wa atho'na".
  5. Mulai mendikte guru dan mengarahkan guru sesuai kehendaknya. Hingga akhirnya ia tidak sadar sudah memerintah guru. Itu sudah tidak baik.
  6. Mulai muncul prasangka buruk, guru itu hanyalah manusia biasa. Bisa saja ia salah.
  7. Suka menjelek-jelekan guru orang lain dan melebih-lebihkan guru sendiri dengan niat menyombongkan. Padahal ia sudah mengadu-domba.
Masih banyak fitnah-fitnah lainnya di berbagai tempat dan status sosial. Syetan itu bertugas menggoda manusia apapun posisinya.

SEMUA ADALAH TIPU-DAYA SYETAN

Fitnah-fitnah di atas adalah tipu daya syetan yang sudah lama tertulis di dalam Al-Qur'an: Al- Isrā : 64

وَاسْتَفْزِزْ مَنِ اسْتَطَعْتَ مِنْهُمْ بِصَوْتِكَ وَأَجْلِبْ عَلَيْهِمْ بِخَيْلِكَ وَرَجِلِكَ وَشَارِكْهُمْ فِي الْأَمْوَالِ وَالْأَوْلَادِ وَعِدْهُمْ ۚ وَمَا يَعِدُهُمُ الشَّيْطَانُ إِلَّا غُرُورًا

Dan perdayakanlah siapa saja di antara mereka yang engkau (Iblis) sanggup dengan suaramu (yang memukau), kerahkanlah pasukanmu terhadap mereka, yang berkuda dan yang berjalan kaki, dan bersekutulah dengan mereka pada harta dan anak-anak lalu beri janjilah kepada mereka."

Padahal setan itu hanya menjanjikan tipuan belaka kepada mereka.


Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA 


Rabu, 11 Januari 2023

10 NASEHAT MULIA

10 Nasihat Maulana Syeikh Dr. Yusri Rusydi Sayyid Jabr Al-Hasani :

  1. Allah yg membuat sakit dan kematian berada dalam genggamannya. Pasrah dengan ketentuan Allah, tawakal kepada Allah dan ridho dengan apa yang Allah tempatkan pada dirimu. Semua ini adalah perkara yg melebihi banyaknya zikir dengan lisan dan beramal dengan anggota badan. 
  2. Perhatikanlah wahai anakku. Semakin kamu dekat dengan Allah. Maka semakin kamu ridho dengan apa yg Allah berikan. Setiap adab akan bertambah. Maka semakin sedikit permintaan. 
  3. Adab ketika seorang hamba mendapatkan sebuah kenikmatan. Dia harus menyambutnya dengan rasa rendah hati dan bersyukur. Karena tidak pantas seorang hamba itu ketika mendapatkan anugrah dari Allah. Dia menerimanya dengan hati yg sombong dan angkuh. Serta menganggap bahwa kenikmatan tersebut di dapat dengan jerih payah dan hasil usahanya sendiri. 
  4. Ketahuilah, bahwa ampunan Allah itu jauh lebih luas dari pada dosa yg kita perbuat. Dan rahmat Allah itu jauh lebih baik untuk di harapkan dari pada bergantung kepada amalan. 
  5. Allah akan memberikan kepadamu apa yg dia inginkan, dalam keadaan yg dia inginkan dan waktu yg dia inginkan. Maka teruslah berprasangka baik kepadanya. 
  6. Selagi kita yakin bahwa tidaklah sesuatu di dunia ini terjadi melainkan atas kehendak Allah. Maka hendaklah kita ridho. Sehingga keridhoan itu akan menjadikan ridho Allah kepada kita. Dan di masukkan kita kepada surga keridhoan di dunia, sebelum masuk ke surganya di akhirat nanti. 
  7. Dunia itu bukan tempat istirahat. Amal ibadah seseorang itu bukan untuk mendapatkan kenyamanan hidup di dunia. Allah tidak menginginkanmu untuk menyembah kenikmatan. Sebab, di sisi Allah itu dunia begitu murah. Tetapi Allah membalasnya dengan kenyamanan hidup di akhirat dengan kenikmatan yang abadi dan tidak akan pernah sirna. 
  8. Kebahagiaan itu adalah ridho dengan apa yg Allah tempatkan di dalamnya. Seraya yakin, bahwa Allah itu maha mengasihi dan menyanyangimu. Dan sesungguhnya, Allah memilihkan untukmu apa yang lebih baik dari apa yang kamu pilih untuk dirimu sendiri. 
  9. Allah memberi ujian, agar derajatmu jadi bertambah tinggi. Bukan untuk membuatmu menjadi kufur. 
  10. Waktu terbaik seorang hamba di hadapan Allah itu ketika kamu merasa benar-benar tidak punya apa-apa. Dan kamu juga merasa benar-benar hina di hadapan Allah.
امن يجيب المضطر اذا دعاه ( النمل : ٦٢ ) 

Artinya : Bukankah dia ( Allah ) yang memperkenankan ( Doa ) orang yang dalam kesulitan apabila dia berdoa kepadanya. 

Firman Allah tentang ahlul badr, ketika benar-benar tertanam kehinaan di hadapan Allah pada diri mereka, yaitu bukan kehinaan di hadapan manusia. Akan tetapi, merasa hina di hadapan Allah itu adalah suatu kemuliaan. Dan meminta kemuliaan kepada manusia itu benar-benar suatu kehinaan. Ketika ahlul badr benar-benar merasa hina di hadapan Allah, merasa lemah, merasa kefakiran dan merasa terasing karena hijrah. Allah berikan mereka kemenangan. 

وَاذْكُرُوا إِذْ أَنتُمْ قَلِيلٌ مُّسْتَضْعَفُونَ فِي الْأَرْضِ تَخَافُونَ أَن يَتَخَطَّفَكُمُ النَّاسُ فَآوَاكُمْ وَأَيَّدَكُم بِنَصْرِهِ وَرَزَقَكُم مِّنَ الطَّيِّبَاتِ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
( الأنفال : ٢٦ ) 

Artinya : Dan ingatlah ketika kamu ( Para muhajirin ) masih ( Berjumlah ) sedikit, lagi tertindas di bumi ( Mekah ). Dan kamu takut orang-orang ( Mekah ) akan menculik kamu. Maka dia memberi kamu tempat menetap ( Madinah ) dan di jadikan nya kamu kuat dengan pertolongan nya dan di beri nya kamu rezeki yg baik agar kamu bersyukur. 

Jadi, waktu-waktu sulit itu, akan datang setelahnya segala kemudahan. Sesuai dengan kesusahan yang kamu dapatkan ketika waktu sulit itu. ( Dan katakan ) : Berkecamuklah wahai kesedihan! Karena kamu pasti akan berlalu. Sungguh, malam telah memberitakan akan datang waktu fajar.

Penulis : Muhammad Mukhlis

Selasa, 10 Januari 2023

SEDERHANAKAN PIKIRAN


Ujian hidup memang tidak bisa diprediksi. Tak perlulah kita persoalkan ujian itu, toh bukan kita yang buat soal, juga bukan hak kita membuatnya. Tugas kita hanya 'menjawab' soal itu dengan baik dan benar.

Yang pasti, soal dalam ujian hidup kita, mesti kita tahu kok jawabannya. Itu sudah pasti. Karena Allah tidak pernah memberikan ujian kepada hamba yang tak sanggup menjawabnya. Hanya saja, Kita terlampau membuat asumsi berlebih, seolah ini soal teramat sulit, saya tidak mampu menjawabnya.

Ingatlah, prasangka kita manusia, akan menyatu dengan takdir Allah. Karena Allah SWT berfirman dalam Hadits Qudsi : "Aku (Allah) tergantung pada prasangka hamba-Ku". Jadi, ketika manusia terlalu rumit berpikir, maka kehidupannya akan serumit pikirannya. Prasangka kita soal kehidupan, akan menciptakan perwujudan nyata dalam kehidupan kita. Karenanya, jauhkanlah berpikir negatif Su'udzon, tetapi perbanyaklah berpikir positif Husnudzon.

Semakin sederhana anda berpikir, maka hidup anda akan sangat mudah dilalui.

Pertanyaan : Apa bedanya sederhana berpikir dengan menyepelekan? Tentu jawabannya, sangat jauh berbeda.

Sederhana berpikir adalah bertahan pada pikiran positif soal masalah seberat apapun. Tidak lantas ketakutan dan berpikir negatif. Selalu berpikir bahwa sesuatu itu, bagaimanapun bentuk dan hasilnya, pasti ada hikmahnya. Pasti ada sisi baiknya. Sederhana berpikir adalah tenang saja, karena sangat yakin Ada kekuatan Allah yang akan menolongnya dari kesulitan itu.

Menyepelekan adalah memandang remeh masalah besar. Kalau masalah besar saja diremehkan, persoalan yang kecil-kecil, mesti tidak dipandang sama sekali. Menyepelekan juga mengandung makna sombong. Ia akan berpikir, dengan kekuatan yang saya punya, tanpa ditolong siapapun pasti saya bisa menyelesaikannya.

Berpikir sederhana terhadap sesuatu bukan menyepelekan sesuatu itu. Berpikir sederhana adalah tengah-tengah antara berpikir rumit dengan menyepelekan.

Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA 

IBADAH ADALAH KEBUTUHAN

Menjalani hidup dengan penuh harap Serta ikhtiar yang maksimal tanpa Keluh kesah. Tentu saja tidak semudah yang diucapkan. Tapi memang inilah yang seharusnya dijalankan, jika menginginkan ketenangan dan kenyamanan sejati.

Melaksanakan ibadah sebagai kebutuhan. Tidak menjadikannya kewajiban, terlebih menjadikannya sebagai beban.

Kenapa harus?

Jika ibadah menjadi kebutuhan, maka ghiroh ibadah akan muncul, fokus dan konsentrasi full akan lahir, ikhlas dan rasa nikmat mulai tumbuh, serta kualitas ibadah akan hadir.

Tapi kalau ibadah menjadi kewajiban, maka hanya sekedar melakukan rutinitas saja, hanya menggugurkan kewajiban saja. Sehingga kualitas ibadah tidak terlalu dipikirkan, hanya sekedar selesai saja melaksanakannya.

Yang paling parah ketika ibadah malah menjadi beban, sehingga muncullah kekecewaan, penderitaan dan keluh kesah. Tidak akan sabar melewati semua itu, dan tumbuhlah rasa meremehkan dan syahwat yang merusak.

Ibadah harus bernilai pahala, supaya bermanfaat sampai di kehidupan akhirat. Terkadang ibadah yang kita kerjakan terlihat dari luar sungguh bagus, tapi tatkala kita buka dalamnya, ternyata menyimpan hal yang merusak, seperti Kesombongan, Ujub, Riya dan yang lainnya. Maka biarlah ibadah tetap menjadi utuh terlihat Dzohir dan bathin bernilai baik.

Kalau kita perhatikan kembali, ibadah adalah amal. Amal itu ibarat tubuh. Supaya amal itu hidup dan bermanfaat, harus memiliki ruh. Ruh sebuah amal adalah niat yang ikhlas. Karenanya, ikhlas menjadi keharusan dalam sebuah amal. Sebaik apapun kita terlihat dari luar, tentu tidak akan dilihat oleh Allah SWT. Allah hanya melihat niat kita.

Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA  

MENYIKAPI BENTUK


Setiap bentuk di dunia ini mestilah terdiri dari 2 unsur. Pertama unsur Dzohiriyyah dan kedua unsur bathiniyyah. Unsur luar atau kulit dan unsur dalam atau daging.

Ketika kita melihat buah manggis, tampak dari luar berwarna hitam dengan tekstur yang khas. Kita ambil dan lantas kita makan. Reaksi pertama yang muncul adalah cacian, kekecewaan dan negatif thinking. Kenapa pahit? Buah apa ini? Jangan-jangan beracun. Itulah ungkapan kita, ketika melihat dari sisi luar saja.

Lain cerita tatkala kita buka kulitanya, muncul warna putih dengan tekstur menggoda. Kita ambil dan lantas dimakan. Keluarlah respon dari mulut kita, kenikmatan, kebahagiaan dan positif thinking. Ini buah manis sekali, rasanya nikmat sekali, ini pasti banyak mengandung vitamin.

Coba kita perhatikan, bentuk yang sama tapi menuai respon berbeda. Ternyata, kalau kita melihat bentuk dari sisi luar saja, maka akan menyebabkan kekecewaan dan negatif thinking. Tapi kalau kita melihat bagian dalamnya, maka muncullah kenikmatan dan positif thinking. Itulah ungkapan orang beriman dalam menyikapi apapun, dengan kalimat : "Wahai Tuhan kami, tidaklah Kau ciptakan semua ini sia-sia" (semuanya indah dan nikmat).

Bentuk itu tidak selamanya terlihat. Kejadian apapun yang kita hadapi, juga adalah bentuk. Karena kejadian adalah bentuk, mestilah ada sisi luar dan ada juga sisi dalamnya. Cobalah Anda lihat sisi dalamnya. Sehingga muncullah energi positif dalam menyikapi bentuk apapun yang kita hadapi.

Contohnya, kecelakaan motor karena tertabrak pembalap liar. Motor kita jatuh dan kita terlempar ke tanah. Kaki kita lecet-lecet dan mengeluarkan darah. Itulah sisi luarnya, itulah kulitnya. Tentu saja respon kita adalah penderitaan dan kekecewaan. Coba kita kupas kulitnya, apa yang kita temukan. Ternyata sisi dalamnya adalah nasehat yang sangat berharga. Nasehatnya adalah : Setiap berkendaraan mulailah dengan membaca Do'a. Berlindunglah kepada Allah yang maha perkasa. Akibat kita sombong tidak berdo'a, maka inilah yang kita dapatkan. Saya yakin, akibat dari kejadian itu, ketika kita berkendara lagi, maka kita akan selalu berdo'a sebelum berkendara. Kenapa? Cukuplah satu kali kita jatuh dan tidak mau merasakannya lagi.

Sisi luar terkadang meninggalkan bekas negatif, tetapi sisi dalam, akan meninggalkan bekas positif. Kalau cara kita bersikap selalu memperhatikan bagian dalamnya, tentu akan lebih ringan dalam melangkah. Akan terasa nikmat dalam menjalaninya.

Berakhlak itu tidak selalu berorientasi kepada seseorang saja. Tetapi kepada apapun yang kita hadapi, seperti sebuah peristiwa, kita dianjurkan harus memakai akhlak. Ciri kita berakhlak kepada peristiwa yang tengah dihadapi adalah berpikir positif. Supaya lahir pikiran positif, cobalah untuk melihat bentuk itu dari bagian dalamnya.

Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA 

DUNIA LADANG AKHIRAT

Perjalanan hidup memang penuh liku dan mendaki. Hanya saja semakin ke sini, seharusnya semakin baik juga benar. Menapaki hidup di dunia ini tak ubahnya seperti bercocok tanam di ladang yang luas. Lahan yang semula kosong, seiring berjalan waktu banyak sudah pohon-pohon yang kita tanami, baik pohon kecil maupun besar. Pohon itu ada yang bernama DOSA dan ada yang bernama PAHALA.

Saat kita lihat ladang itu sekarang, kita dapati ternyata oh ternyata. Ladang itu sudah berubah menjadi hutan belantara. Tapi dari semua pohon yang ada, ternyata banyak sekali pohon-pohon yang bernama DOSA, bahkan ada yang tumbuh tinggi menjulang dan paling besar diantara pohon-pohon lain. Sementara pohon PAHALA kita sangat sedikit sekali dan kebanyakan berukuran kecil.

Pohon yang bernama DOSA, secara bentuk sangat tidak nyaman dipandang karena warna dan bentuknya sangat tidak beraturan. Tidak hanya itu, pohon DOSA juga mengeluarkan aroma busuk yang sangat tajam. Kalau satu pohon saja sudah begitu baunya apalagi berjumlah banyak. Kenapa mudah saja kita menanamnya?

Sementara pohon yang bernama PAHALA, secara bentuk sangat indah dipandang dengan warna putih berkilau juga hijau yang segar. Tak hanya itu, ia mengeluarkan aroma wangi yang luar biasa. Sehingga karena wangi dan bercahaya pohon itu bisa membuat mati pohon DOSA disekitarnya. Kenapa sulit sekali kita menanamnya?

Alangkah beruntungnya ketika manusia bertaqwa kepada Alloh SWT. Tentu ladang yang ia garap, banyak ditumbuhi pohon-pohon PAHALA yang indah berkilau juga wangi semerbak. Pohon PAHALA itu ada yang besar menjulang dan sangat indah dibanding pohon-pohon lain. Sehingga muncullah di bawah pohon itu sungai yang mengalir air jernih. Udara sejuk wangi menyeruak. Dipojok ladang ada sedikit kita dapati pohon DOSA tapi tertutupi dengan keindahan pohon-pohon PAHALA yang berjumlah banyak itu.

Kira-kira ladang kita seperti apa ya?

Mari kita tanami ladang kita masing-masing dengan amal Sholeh dan Taqwa kepada Alloh SWT. Kita cabut pohon DOSA itu dan tanamlah pohon PAHALA yang banyak.

Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA 

HARUS TAHU DIRI, CUMA NUMPANG

Merasa memiliki itu berbuah kesombongan. Karena memang sejatinya kita tidak memiliki apapun. Bahkan kita tinggal di bumi Alloh ini juga cuma numpang. Karenanya kita harus tahu diri.

Saat kita makan dengan menu yang sesuai, tentu sangat lahap kita makannya. Nikmatnya sangat terasa di lidah kita. Kita santap semuanya, seenaknya dan sepuasnya.

Namun sadarkah kita, kalau kita di sini hanya numpang makan? Kita tinggal di rumah-Nya. Kita numpang makan di sini dengan makanan pemberian-Nya. Kita numpang tidur di kasur pemberian-Nya. Juga semua fasilitas yang sudah diberikan-Nya. Oleh karena itu, wajib kita tahu diri. Wajib kita membereskan rumah ini. Menyapu lantai yang kotor dan mengepelnya, mencuci piring yang kotor dan semua pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan. Itu namanya tahu diri karena kita numpang.

Tahu diri adalah bentuk lain dari ungkapan tahu berterima kasih, atau bahasa agamanya bersyukur atas nikmat yang sudah diberikan-Nya.

Kalau kita sederhanakan rasa tahu diri di lingkungan rumah, apa sajakah yang harus kita lakukan?
  1. Kerja dulu dan bereskan rumah dulu, baru kita makan. Itu namanya tahu diri.
  2. Kalau selesai makan, piring harus langsung dicuci dan disimpan di tempat semula. Supaya tidak berantakan. Itu namanya tahu diri.
  3. Tanpa disuruh kita rapihkan barang-barang yang berantakan. Itu namanya tahu diri.
  4. Kita harus merawat, memelihara dan menjaga keamanan semua barang-barang di rumah. Itu namanya tahu diri.
  5. Kalau kita dikasih makan seadanya jangan protes. Kita nikmati saja. Itu namanya tahu diri.
  6. Kalau kita disuruh apapun harus langsung dikerjakan sebaik-baiknya. Tanpa ada komentar dan keluh-kesah. Itu namanya tahu diri.
  7. Kalau kita dipanggil harus langsung memenuhi panggilan-Nya. Itu namanya tahu diri.
  8. Sampai kapanpun kita harus merasa numpang di rumah ini, jangan merasa memiliki dan menguasai meski dipersilahkan dan dibiarkan oleh yang Punya. Itu namanya tahu diri.
  9. Jangan mengotori rumah dan merusak barang-barang yang ada. Itu namanya tahu diri.
  10. Kalau diberi hadiah buru-buru ucapkan terima kasih. Itu namanya tahu diri.
  11. Gunakan air secukupnya, gunakan listrik secukupnya, gunakan uang secukupnya dan yang lainnya secukupnya, sesuai kebutuhan saja, tidak boros dan berlebihan. Itu namanya tahu diri.
  12. Kalau berbuat salah, buru-buru minta ampun. Jangan terus menerus melakukan kesalahan. Apalagi tidak pernah meminta maaf. Itu namanya tahu diri.
Begitulah gambaran kecil kita numpang di bumi ini. Tahu dirilah kita. Malulah kita kalau berbuat salah. Baik-baiklah kita hidup di dunia ini.

Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA 

SABAR DAN IKHLAS

Sabar dan ikhlas adalah kata yang ringan dan mudah diucapkan. Namun sebagian besar orang enggan mengetahuinya lebih jauh, terlebih lagi mengamalkannya. Kenapa? Saya sendiri tidak tahu jawabannya. Kok bisa?

Mungkin cerita berikut bisa menjawabnya : Suatu saat ada orang yang mendapatkan musibah. Ia curhat kepada temannya. Dengan entengnya sang kawan bilang : "sabar saja". Orang yang dapat musibah itu berucap : "kamu enak tinggal bilang sabar. Aku kan yang ngerasain" ujarnya kesal.

Berdasarkan cerita di atas siapa yang salah? Salahkah sang teman yang menasehatinya dengan sabar? Kenapa orang yang kena musibah itu sepertinya tidak mau tahu tentang sabar?

Kerap kali kita temui dari berbagai masalah yang diadukan, mestilah jawabannya "sabar". Benarkah Sabar itu obat untuk masalah kita?Mari kita cari tahu tentang itu.

Sabar itu apa?

Banyak para pakar ilmu mendefiniskan Sabar. Mungkin kalau dibahas di sini terlalu panjang dan kita sudah tidak tertarik lagi untuk membaca tulisan ini.

Definisi sederhana, Sabar adalah Intens, kokoh dan kuat menikmati atau bertahan dalam durasi lama karena ada harapan yang akan diperoleh. Ruang lingkup sabar hanya kepada Ketho'atan dan Ibadah. Bukan kepada dosa dan maksiat.

Ketika seseorang sedang beramal, ia wajib bersabar melewatinya. Tentu nilai sabar tersebut akan menjadi optimal ketika ada Ikhlas di dalamnya. Jadi sabar dan ikhlas adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Apa itu Ikhlas?

Ikhlas adalah meng-Esa-Kan Alloh sebagai Dzat yang maha Benar di dalam Ketho'atan ibadah dengan niat yang benar hanya mengharapkan ridho Alloh semata. Kalau agak kepanjangan soal ikhlas, bisa disederhanakan, Ikhlas adalah Lillahi Ta'ala. Semuanya karena Alloh Ta'ala.

Kisah Sabar dari Al-Qur'an

Suatu ketika, Nabi Musa A.S. hendak berguru kepada Nabi Khidir A.S. Kata Nabi Khidir, kamu (Musa) tidak akan bisa sabar mengikutiku. Nabi Musa menjawab :"Saya pastikan, saya bisa sabar". Ujarnya tegas. Nabi Khidirpun kemudian berkata :

وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَىٰ مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا

"Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (al-Kahfi : 68)

Singkat cerita Nabi Musa akhirnya diijinkan oleh Nabi Khidir untuk belajar kepadanya. Dan Akhirnya Nabi Musa tetap tidak sabar. Itulah kisah yang ditulis Alloh SWT di dalam Al-Qur'an. Batal menjadi murid bisa terjadi karena tidak sabar. Termasuk banyak bertanya dan mempertanyakan adalah bentuk ketidaksabaran.

Mengkaji ayat di atas, bahwa manusia tidak akan sabar ketika tidak tahu ilmunya. Dengan kata lain, bagi orang yang tahu ilmunya atau diberikan Taufiq oleh Alloh untuk mengetahuinya, maka insyaAlloh ia mampu bersabar menghadapinya. Sabar dan ikhlas adalah sesuatu yang mudah difahami, tapi butuh waktu untuk bisa mengamalkannya.

Apakah ilmunya untuk bisa sabar?

Kalau sudah sampai pada tahap ini, saya yakin anda adalah orang yang berhak untuk sabar.

Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA 


Senin, 09 Januari 2023

BIKA ASHBAHNA

Bika Ashbahna

Pagi itu sangat indah. Waktu pagi adalah ba'da Shubuh sampai terbit matahari. Awal perubahan dari gelapnya malam hingga muncul matahari dan berganti siang. Sejatinya itulah kejadian yang luar biasa. Karenanya, Nabi menganjurkan kepada kita untuk berdzikir di saat itu. Terlebih banyak juga firman Allah dalam Al-Qur'an yang memerintahkan hamba-Nya untuk bertasbih di kala itu.

Ashbaha atau Ashbahna adalah ungkapan syukur manusia karena sudah berada di pagi hari dan merasakan keberkahan pagi hari. Karena Allah-lah kita merasakan pagi hari itu. Dan karena Allah-lah kita diizinkan untuk berdzikir kepada-Nya. Itulah sejatinya anugerah yang amat luar biasa. Banyak sekali Fadhilah berdzikir di pagi hari, dimulai dari ba'da sholat Shubuh hingga terbitnya matahari.

Sebaik-baiknya waktu berdzikir adalah sebelum matahari terbit atau Ibkar (pagi), dan sebelum matahari terbenam atau 'Asyiyi (Petang). Keduanya adalah "sebelum". Sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam. Itulah waktu mulia, waktu yang terbaik untuk berdzikir kepada Allah SWT.

Perspektif "sebelum" adalah awal terjadinya sesuatu. Itu adalah ruang persiapan untuk mengerjakan sesuatu. Bisa juga sebagai syarat untuk menyempurnakan rukun. Apalah artinya pekerjaan yang kita lakukan jika tidak ada persiapan yang matang. Kata "sebelum" memberikan kita pelajaran berharga. Sebutlah pelajaran itu adalah pentingnya persiapan. Karenanya ada sebuah ungkapan : "Maju tanpa persiapan maka turun tanpa Penghormatan".

Disela waktu dalam menjalankan pekerjaan, saya sempat berdiskusi dengan seorang teman. Beliau menuturkan bahwa perbedaan orang Indonesia dengan orang luar negri itu nyaris tidak ada, sejatinya. Bukannya mereka lebih hebat atau lebih cerdas. Fakta dilapangan sama saja hasilnya. Bahkan orang Indonesia tidak kalah jenius dibanding mereka. Teman saya itu bekerja di perusahaan tambang. Beliau hampir setiap hari bertemu dan bekerja dengan orang luar negri. Ada satu hal yang membedakan mereka dengan kita, ujarnya. Mereka kalau mau meeting, mesti 1 jam sebelum meeting dimulai, sudah hadir di lokasi. Kalau orang kita justru sebaliknya. Meeting sudah dimulai, baru tiba di lokasi. Apa sih keuntungan hadir di lokasi meeting sebelum dimulai? Tanyaku penasaran. Ketika kita tiba di lokasi sebelum dimulainya acara, itu sebuah keuntungan besar. Kita bisa meruang dengan lokasi dan bisa persiapan yang lebih sebelum dimulainya meeting. Itulah fakta, kenapa mereka selalu tampil ok ketika meeting bersama dengan orang Indonesia. Begitu katanya.

Allah SWT memerintahkan hambanya yang beriman untuk senantiasa berdzikir dan bertasbih di waktu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari. Itu adalah gambaran bahwa, sebelum hari berganti kita dipersilahkan untuk memanjatkan doa dalam ruang persiapan menempuh hari itu. Hingga hasilnya, orang yang sadar terhadap dzikir di waktu itu akan mendapat keberkahan yang berbeda dengan orang yang selalu melewatkannya. Sama halnya dengan orang yang senantiasa memperhatikan persiapan sebelum memulainya pekerjaan. Bahkan, itu sudah dipakai oleh orang-orang non muslim. Jadi wajar saja kalau mereka terkesan selalu diposisi depan dan sukses.

Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA 

SYARAT KELAYAKAN MENJADI GURU


Guru adalah singkatan digugu dan ditiru. Digugu artinya didengar nasehatnya dengan penuh sikap Ta'dzim dan berupaya patuh untuk melaksanakannya. Ditiru adalah diikuti semua perbuatan baiknya dalam kehidupan sehari-hari.

Dengan kata lain, ada dua hal yang bisa diambil dari seorang guru. Nasehat dan perbuatan. Itulah kenapa seorang guru harus bijaksana. Berhati-hati saat bicara dan menjaga sikap sebagai refleksi dari perbuatannya. Karena boleh jadi apapun yang dikerjakan sang guru mestilah diikuti oleh murid-muridnya.

Maka tidak salah-salahnya kalau "Karakter itu menular". Seorang murid yang mempunyai rasa cinta kepada gurunya, ia akan tertular karakteristik sang guru. Tentu saja, duplikasi itu tergantung kepada seberapa Ta'dzim dan cintanya si murid tersebut kepada gurunya.

Fenomena saat ini, ada guru yang memaksakan apa yang ia kerjakan harus dikerjakan oleh muridnya. Kalau tidak dikerjakan, maka sang guru itu marah-marah. Guru yang baik tidak akan berbuat seperti itu. Akan tetapi, istiqomah saja mengajar tanpa memaksakan kehendaknya. Melainkan ia hanya menasihatinya dengan baik. Kalau memang si murid itu adalah murid yang berbakti, tentu ia akan mengikuti sang guru tanpa disuruhnya. Ketika ada murid yang ingkar, atau tidak mengikuti gurunya, maka ia batal menjadi murid. Kenapa si guru harus marah kalau memang dia sudah bukan muridnya lagi karena batal.

Untuk menjadi seorang guru haruslah memenuhi syarat kelayakan. Jika ada orang yang belum layak menjadi guru (digugu dan ditiru), janganlah memposisikan diri sebagai guru. Berdasarkan alasan bahwa karakter itu menular. Yang dikhawatirkan adalah karakter tidak layak dan kurang baik itu akan tertular kepada para murid. Selama belum layak menjadi guru, teruslah belajar sampai waktu dimana ia layak menjadi guru.

Apa syarat menjadi seorang guru?

1. Seorang guru harus bersanad dari gurunya yang terhubung sanad kepada Rosulullah SAW.
2. Faham soal ilmu yang disampaikannya dan Sudah ia amalkan terlebih dahulu.
3. Menjaga lisan, perbuatan, cara berpakaian dan mempunyai akhlak yang baik.
4. Mampu berkomunikasi dengan baik kepada jama'ah.
5. Tidak berkeinginan memindahkan murid untuk mengikutinya. Tetapi selalu berusaha untuk beramal dengan baik dan benar. Tidak peduli murid itu mau mengikutinya atau berpaling darinya.
6. Guru adalah orang tua bukan seperti teman yang santai bergaul dengan muridnya. Santai boleh hanya sekedar membangun ruang keakraban bukan menjadi teman yang tak perlu menjaga sikap.
7. Tidak menggambarkan sikap buruk dalam pergaulan sehari-hari. Baik bergaul dengan para murid atau bergaul dengan masyarakat luas.
8. Memberikan kemudahan kepada sang murid. Bukan mempersulit si murid atau memanfaatkannya.

Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA