KELAHIRAN
KH. Noer Ali lahir pada 15 juli 1914, di Desa Ujung Malang Bekasi. Beliau merupakan putra dari pasangan Anwar bin Layu, seorang petani dengan Maimunah.
WAFAT
KH. Noer Ali wafat pada usia 78 tahun tepatnya tanggal 3 Mei 1992.
Masyarakat dan para ulama merasa sangat kehilangan sosok ulama dan pejuang yang telah banyak berjasa bagi negara. Maka tahun 2006 Pemerintah memberikan gelar pahlawan Nasional Kepada KH. Noer Ali dan Namanya pun di abadikan menjadi nama jalan KH. Noer Ali di Kalimalang, Bekasi.
PENDIDIKAN
Cita cita yang dimilki oleh KH. Noer Ali sejak masa kanak-kanak adalah “membangan dan menciptakan perkampungan Surga”, sungguh suatu cita-cita yang sangat mulia yang terucap dari KH. Noer Ali kecil, beliau belajar dari mengaji alquran pada ayahnya dan kakaknya, usia lima tahun sudah mampu menghafal surat-surat pendek al-Qur’an.
Menginjak usia 7 tahun KH. Noer Ali mengaji kepada Guru Maksum Bekasi dan Guru Mughni, banyak sekali ilmu yang didapat dari kedua gurunya tersebut yang mendasari jiwanya dengan ruh-ruh keislaman, beranjak remaja KH. Noer Ali belajar kepada ulama besar di Betawi bernama Guru Marzuki disamping mempelajari ilmu-ilmu agama Guru Marzuki juga mengajari ilmu-ilmu beladiri.
Hingga Beliau terkenal sakti dan tidak mempan ditembus peluru, bahkan penjajah Belandapun kesulitan menangkap KH. Noer Ali, sering menghilang dan tidak dapat dilihat oleh mata awam hingga masyarakatpun memberi gelar KH. Noer Ali sebagai “belut Putih” yang sangan licin.
Dengan semangat belajar yang tinggi KH. Noer Ali dengan berat hati mengutarakan keinginannanya kepada ayahnya bahwa dirinya akan menuntut Ilmu di Mekkah, KH. Noer Ali menyadari betul siapa ayahnya yang hanya seorang Petani dan tidak mungkin memilki banyak uang untuk belajar Di Mekkah.
Karena didorong rasa semangat belajar anaknya yang tinggi, ayahnya pun tak ingin mematahkan semangatnya, maka Ayahnya berusaha keras untuk mendapatkan uang agar anaknya dapat belajar di Mekkah walaupun harus meminjam dan dibayar dengan di cicil selama bertahun-tahun. Dengan harapan kelak anaknya dapat menjadi orang yang berguna di masyarakat.
Tahun 1934 KH. Noer Ali akhirnya melanjutkan belajar Di Mekkah di madrash Darul u’lum, guru-guru beliau antara lain Syekh Ali al Maliki, Syekh Umar Turki, Syekh Umar Hamdan, Syekh Ahmad Fathani dan lain-lain.
MENDIRIKAN PESANTREN
PEJUANG MELAWAN PENJAJAH
Ketika di Mekkah beliau bertemu dengan pelajar asal indonesia seperti KH. Masturo, KH. Sybro Malisi, KH. Hasbulloh dan masih banyak lagi.
Hingga beliau memperakarsai membentuk himpunan Pelajar Betawi dan Himpunan Pelajar Indonesia karena jiwa Nasionalisme dan prihatin melihat Bangsa Indonesia masih di jajah oleh Belanda.
Bersama dengan rekan-rekannya KH. Noer Ali aktif melakukan pertemuan-pertemuan untuk mencari solusi dan dukungan bagaimana mengusir penjajah Belanda dari Bumi Indonesia.
Beliau memimpin laskar Rakyat Bekasi melawan Belanda, pernah bergabung dan menjadi Komandan Batalyon III Barisan Hizbulloh. KH. Noer Ali namanya sangat dikenal oleh rakyat dan ditakuti Belanda karena keberanian dan jiwa patriotnya.
Singa Bekasi julukan tersebut memang layak di berikan kepada KH. Noer Ali, seorang Ulama besar yang terlahir dari keluarga Petani. Semangat Nasionalisme yang membara dalam dadanya mampu mengobarkan semangat Perjuangan kepada masyarakat untuk melawan penjajah Belanda yang sejak lama menjajah tanah air.
KAROMAH
Ditengah jalan KH. noer Ali memohon kepada Allah minta perlindungan, Bukan main kagetnya tentara Belanda yang mengawal KH. Noer Ali di dalam truk, KH. Noer Ali menghilang begitu saja dalam pandangan mata tentara Belanda. Membuat nyali tentara Belanda semakin ciut “Pimpinannnya saja sakti gimana dengan tentara KH. Noer Alinya ?” kata tentara Belanda.
Jatuhlah mental-mental tentara Belanda dalam menghadapi Laskar-laskar yang dipimpin KH. Noer Ali.
Dan suatu ketika KH. Noer Ali dan para laskarnya bergerilya ke dalam hutan, para laskar terlihat sangat kelaparan karena berperang gerilya dengan pasukan Belanda. Saat itu KH. Noer Ali sholat selesai sholat minta kepada Allah agar di berikan para laskar tersebut makanan. Maka dengan mengulum dan merlemparkan secarik kertas ke tanah tiba-tiba terbentang di hadapannya nasi dan lauk pauknya, Subhanallah.
Dan ketika masa perjuangan dengan Penjajah berakhir KH. Noer Ali kembali berjuang di bidang Dakwah dan pendidikan di Pondok Pesantren At Taqwa yang ia bangun di Bekasi. walaupun beliau Seorang Ulama besar beliau masih saja haus akan ilmu, dan beliau mengaji kepada Habib Ali Al Habsyi Kwitang Jakarta untuk bertabaruk.
Artikel ini sebelumnya diedit tanggal 01 April 2021, dan terakhir diedit tanggal 26 Agustus 2022.
Admin | MT ATTAQWA HMD | JUANGJUMA
0 comments: