Membuka yang semula tertutup adalah kuasanya Allah SWT. Karenanya tidaklah manusia mampu untuk itu kecuali dibuat mampu. Saya menemukan, ketika kita bermaksud membuka sesuatu berarti juga harus siap dengan segala konsekuensi terbukanya juga "hal yang lain". Terkadang "hal yang lain" itu tidak semuanya baik, tapi juga hal-hal yang tidak baik ikut-ikutan terbuka.
Futuh itu berarti terbuka. Ketika manusia Allah berikan futuh, maka ia akan mendapatkan karunia yang baru dan belum pernah ia alami sebelumnya. Juga ikut terbukanya pintu-pintu yang lain, yang juga selevel dengan futuh itu. Sehingga ungkapan makin tinggi pohon maka akan semakin keras anginnya. Pohon itu menjadi besar dan menjulang tinggi adalah futuhnya. Namun angin yang keras meniupnya kini adalah gambaran pintu-pintu yang lain terbuka. Ilmu bertambah, ujianpun akan sepadan. Derajat meningkat, ujianpun semakin berat. Itulah sunatullah. Tidak ada posisi yang tidak terikat dengan risiko. Posisi apapun kita, baik di bawah atau diatas mesti terjerat dengan takdir yang sepadan. Itulah bukti kefanaan manusia yang selamanya butuh sebab dan disebabkan.
Semakin alim seseorang maka kecendrungannya akan semakin tajam dan kuat. Namun bisa dipastikan resiko dari ketajaman dan kekuatannya itu bisa saja berakibat fatal kepada orang lain jika tidak bijak menggunakannya. Namun juga banyak orang-orang alim yang dengan kemampuan ilmunya bisa memberi banyak manfaat untuk orang lain. Karenanya, banyak kita dapati seorang alim yang ahli dzikir, akan berhati-hati sekali dalam berbicara juga berbuat. Ketika ia bilang tidak bisa, bukan karena ia benar-benar tidak bisa. Mungkin karena sedang menyeimbangkan kata "bisa" dan "tidak bisa" bagi dirinya. Kalau dirasa kata "tidak bisa" lebih aman dari kata "bisa", maka ia akan selalu memilih kata itu demi kemaslahatan bersama. Sama halnya dengan ungkapannya tiba-tiba : "saya tidak tahu" atau "saya tidak mengerti". Juga bisa saja diam tak berbicara.
Masih banyak rahasia Allah yang tertutup dan belum saatnya terbuka. Sehingga pada akhirnya, baik itu tertutup atau terbuka, sama-sama indahnya atau sama-sama nikmatnya. Jawaban itu sudah bisa difahami ketika memang umur ruh kita sudah saatnya matang. Jika belum faham, nikmatilah ketidakpahaman itu. Sebab itulah wujud dari rasa bersyukur kepada anugrah dari Allah sang maha berkuasa atas segala sesuatu.
Masih banyak rahasia Allah yang tertutup dan belum saatnya terbuka. Sehingga pada akhirnya, baik itu tertutup atau terbuka, sama-sama indahnya atau sama-sama nikmatnya. Jawaban itu sudah bisa difahami ketika memang umur ruh kita sudah saatnya matang. Jika belum faham, nikmatilah ketidakpahaman itu. Sebab itulah wujud dari rasa bersyukur kepada anugrah dari Allah sang maha berkuasa atas segala sesuatu.
Lanjutkan dan tetap istiqamah
BalasHapus