Saya menjadi sangat bodoh, sangat miskin, sangat sendirian, sangat hina, sangat rendah dan banyak sekali dosa. Itulah memang sejatinya saya. Tanpa Allah beri ilmu, sejatinya kita memang bodoh. Tanpa Allah beri harta, sejatinya kita memang miskin. Tanpa Allah berikan teman, sejatinya kita memang sendiri. Tanpa Allah berikan kehormatan, sejatinya kita itu Hina. Tanpa Allah tinggikan derajat, sejatinya kita itu rendahan. Tanpa Allah berikan taubat, sejatinya kita memang sangat berdosa. Tanpa Allah berikan hidup, sejatinya kita ini mati.
Ya Allah... Ampunilah semua dosa-dosa hamba, maafkan semua kesalahan hamba, terimalah semua amal hamba, sempurnakan yang kurang-kurang dalam diri hamba, hilangkan dosa di mata hamba, dosa dipendengaran hamba, dosa di rasa hamba, dosa di pikiran hamba, dosa di hati hamba, dosa di tangan hamba, dosa di perut hamba, dosa di kemaluan hamba, dosa di kaki hamba. Ampunilah ya Allah....
Menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain tentu harus diperjuangkan. Namun arti bermanfaat itu menjadi semakin luas ketika terus ditadaburi. Bermanfaat itu butuh sebab. Contohnya, sebab kita punya uang, maka uang kita bermanfaat untuk orang sekitar. Sebab kita punya ilmu, maka ilmu kita bermanfaat untuk orang lain dan seterusnya.
Pernahkan terpikirkan olehmu, ada orang yang rela tidak muncul dan senantiasa di barisan belakang, ia hanya punya tujuan mengangkat kemunculan rekannya. Ia sengaja mengalah demi memenangkan rekannya. Ia rela dibenci demi semua orang mencintai rekannya. Ia rela menjadi orang biasa saja dan gak ada apa-apanya demi mengangkat rekannya untuk luar biasa. Dan seterusnya.
Menurutmu apakah orang ini jauh lebih bermanfaat dari orang yang sepertinya terlihat bermanfaat? Hanya Allah yang maha benar. Semuanya bisa bermanfaat. Semuanya bisa menang. Itulah maha Adilnya Allah SWT.
Ukuran lebih baik atau lebih banyak nilainya itu bukan pada segi pekerjaan yang dipilih. Tapi, seberapa dia ikhlas, seberapa dia berharap semata-mata kepada Allah dan seberapa mereka bertaqwa.
0 comments: