Pembeda manusia satu dengan yang lain adalah niat yang tertanam dalam hatinya. Seperti apa niat kita, maka seperti itulah perolehan kita. Seberapa kuat niat kita, maka seperti itulah perwujudan kita. Oleh karena itu, perbanyaklah niat yang baik dan perkuat niat itu supaya kelak perolehan kita sesuai dengan apa yang kita niatkan. Perolehan bisa berwujud pahala atau keberkahan hidup di dunia.
Mengaji adalah bentuk amaliyah zhohir yang mulia. Tapi berapa banyak dalam tubuh amaliyah yang baik, malah menghasilkan hal yang buruk, karena rusaknya niat.
Dalam konsteks mengaji, ada orang yang betul-betul tulus mencari ilmu dan manfaat. Sehingga sedikit saja kalam yang keluar dari guru saat pengajian, akan sangat diperhatikannya.
Ada sebagian yang hanya cukup menggugurkan kewajiban. Tidak terlalu detil dalam pengajian. Sehingga penghormatan kepada ilmu dan guru, terkesan biasa saja. Merasa karena sudah pernah belajar atau merasa bisa, sehingga caranya menyikapi pengajian hanya sebatas itu.
Sebagian orang ada yang ikut-ikutan karena diajak teman. Sehingga perolehannya hanya sebatas hadir saja sudah cukup.
Dan masih banyak lagi yang kita ketemukan masing-masing kriteria jama'ah dalam pengajian. Sehingga tak ayal, kalau Guru pernah mengatakan, semua yang mengaji bukan murid saya semua. Ada jama'ah umum dan aktif, ada juga yang sekedar mampir. Alhasil, perolehan masing-masing jama'ah pengajian tergantung dari niat mereka.
Mengaji adalah Tholabul Ilmu. Baik dia sebagai pengajar, atau dia sebagai pelajar. Semuanya terikat dalam kata Tholabul Ilmu. Seberapun seringnya ilmu itu dibicarakan, ia tetap perhatian mendengarkannya seolah baru itu ia mendengarnya. Bagi orang yang 'alim, semakin sering ilmu itu ia pelajari, maka keberkahannya akan semakin besar.
0 comments: