Minggu, 07 Juli 2024

Ketergantungan

Ketergantungan

Sebaik-baiknya manusia adalah yang merdeka dari sifat ketergantungan. Ketergantungan yang dimaksud adalah rasa butuh kepada apapun dan siapapun diantara makhluk. Karena jika kita hidup dalam bayang-bayang ketergantungan, maka akan terjebak di dalamnya. Sehingga berakhir dengan kekecewaan, penderitaan dan bahkan kufur nikmat.

Ketergantungan hanya boleh dan satu-satunya kepada Allah SWT. Allahus Shomad Allah tempat kita meminta dan tempat kita bergantung. Ketika cukup Allah saja sebagai tempat kita bergantung maka hidup kita akan selamat dan sejahtera. Tidak ada ketakutan dan kesedihan.

Kenapa kita tidak boleh ketergantungan kepada makhluk?

Jika kita tergantung kepada seseorang maka kita akan menjadi budaknya. Sebagai contoh : Kita semangat mengaji karena ada teman, tatkala teman itu tidak ada maka semangat itu hilang. Muncul kecewa. Kita biasa berkumpul bersama teman dan ada semangat tersendiri, ketika teman itu tidak ada maka semangat itu hilang. Muncul kecewa. Kita bisa melakukan pekerjaan kalau ada seseorang, jika orang itu tidak ada maka kita tidak bisa bekerja. Muncul kecewa. Kita selalu rajin ibadah ketika mood muncul, jika mood tidak ada maka ibadah jadi malas dan kita sangat kecewa. Kita mau makan kalau ada makanan pavorit, ketika makanan pavorit kita tidak ada maka nafsu makan hilang dan kita kecewa. Kita semangat mengajar tiba-tiba tinggi kalau jama'ah banyak, ketika jama'ah sedikit maka semangat kita hilang dan kita kecewa. Dan masih banyak lagi.

Kalau ketergantungan itu selalu ada di dalam kehidupan kita, maka bisa dipastikan kita tidak akan pernah bisa bersyukur kepada Allah SWT. Dan kalau tidak bisa bersyukur, maka tidak akan bisa bertaqwa kepada-Nya. Bagaimana kita bisa diridhoi-Nya?

Masih pentingkah soal ada atau tidaknya teman yang menemani? Ada atau tidaknya makanan pavorit saat kita makan? Sedikit atau banyaknya jama'ah dalam pengajian? Berangkat atau tidaknya ke suatu tempat? Mudah atau susah? Kaya atau miskin? Enak atau tidak enak? Sehat atau sakit? Tercapai atau tidak tercapai? Dia mengikuti kita atau tidak? Besar atau kecil? Dan lain-lain.

Jelas itu semua tidak lagi penting jika kita hanya bergantung kepada Allah SWT. Semua hal itu tidak akan menjadi beban buat kita. Kita akan hidup dalam kedamaian dan kebahagiaan. Karena kita menganggap hal selain Allah hanyalah permainan dan bercandaan saja. Biasa saja. Sebaliknya, yang terpenting itu hanyalah Allah.

Bagaimana caranya menjadikan ketergantungan kepada Allah?

Cara yang pertama adalah dengan mengamalkan sabda Nabi Muhammad SAW : La Taghdhob Janganlah kamu marah. Mulailah dari sini. Kita tidak pernah marah kepada apapun dan siapapun. Mengendalikan dan mengatur marah kita supaya tidak keluar.

Jika kita marah gara-gara orang tidak hadir, kenapa kita bisa senang tatkala orang banyak hadir? Jika kita marah gara-gara tidak jadi berangkat, kenapa kita bisa senang kalau jadi berangkat?

Artinya, kita bisa kok senang ketika dia tidak datang. Atau kita bisa senang ketika kita tidak jadi berangkat.

Jangan marah artinya salah satu dari dua hal yang kita hadapi tidak ada pengaruh apa-apa dalam diri kita. Justru kita sangat meyakini bahwa betapa indahnya Allah menciptakan itu. Pasti ini adalah yang terbaik untuk kita.

Jika masih saja marah, berpikirlah bahwa kita ini seorang budak yang rendah dan hina. Kita ini milik Allah dan suka-suka Allah mau melakukan apapun untuk kita. Apa hak kita untuk protes? Apa hak kita untuk kecewa?


Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA 



Selasa, 10 Januari 2023

SELALU ADA HARAPAN

Suatu ketika dalam pengajian saya ditegur oleh guru, "Ente jangan banyak mikir, banyakin Dzikir" begitu ujarnya, saya hanya tersenyum sambil bilang iya. Kata yang singkat namun sarat dengan makna mendalam.

Banyak berdzikir jangan banyak berpikir, adalah pedoman ketika menghadapi apapun, terlebih lagi masalah besar yang tengah kita hadapi. Langkah pertama adalah berdzikir. Kita adukan semua permasalahan itu kepada Allah SWT. Kita memohon supaya Allah menanggung semua masalah kita. Karena Allah sangat layak untuk kita mohon. Setelah selesai berdzikir, barulah mulai kita berpikir. Berpikir yang kita lakukan setelah dzikir akan menjadi enteng meski masalah itu berat menurut kita. Sebentar saja kita berpikir, Allah SWT sudah berikan solusi yang terbaik.

Filosofi berdzikir lebih dahulu kemudian berpikir, memberikan ruang kepada kita untuk tetap memiliki harapan. Buah dari berdzikir adalah harapan yang besar terhadap masalah kita. Karena kalau kita terlampau banyak berpikir, akan muncul rasa khawatir, was-was, ketakutan, cemas, kebingungan dan akhirnya putus asa. Meski ada solusi dari kita berpikir tanpa dzikir terlebih dahulu, pastilah itu datangnya dari syetan. Karena bisa terjadi muncul pikiran yang menghalalkan segala cara.

Ada sebuah fakta, seseorang sudah berdzikir dan terus-menerus dilakukan, tapi permasalahannya tak kunjung selesai dan rasa was-was terus menghantuinya. Bagaimana ini?

Untuk menjawab permasalahan di atas, mungkin keterangan di bawah ini bisa membantu.

  1. Inilah cara Allah menguji keimanan seorang hamba. Seberapa kuat iman itu tertancap di hatinya. Istiqomah saja berdzikir dan mintalah sepenuh hati kepada-Nya. insyaAllah apa yang menjadi hajat kita akan dikabulkan-Nya. Jangan pedulikan berapa lamanya, tapi fokuslah kepada keikhlasan dan Istiqomah menjalankannya. Hasil akhir itulah urusan Allah. Urusan kita hanya berusaha.
  2. Satukanlah keinginan kita dengan Irodah-Nya. Keinginan kita hanyalah sejauh mana kita memandang sesuatu itu pantas dan baik menurut kita. Tapi Irodah Allah lah yang maha berhak berkehendak terhadap seorang hamba. Boleh jadi keinginan kita itu tidak mendapat ridho-Nya. Maka satukanlah keinginan kita dengan Irodah dan Qudroh-Nya Allah SWT.
  3. Boleh jadi kita belum ikhlas dalam berdzikir. Setiap waktu kita sibuk menunggu hasil, menunggu pemberian Allah, tanpa berpikir apa yang Allah harapkan terhadap kita. Jangan fokus kepada hasil, tapi sibukkanlah diri kita untuk banyak beramal sholeh dan meninggalkan hal yang diharamkan-Nya.
  4. Mungkin ada orang-orang yang kita dzolimi dan kita belum meminta maaf kepada mereka. Karena hal itu sebagai hijab Do'a kita diqobul Allah. Kembalikanlah hak orang-orang yang kita dzolimi. Contohnya, kita punya hutang kepada orang. Bayarlah hutang itu. Kalau belum bisa, bicaralah baik-baik kepadanya untuk kelonggaran waktu pembayaran. Itulah namanya mengembalikan hak orang yang kita dzolimi.
  5. Perbanyaklah istighfar. Karena dosa-dosa yang kita kerjakan adalah penghalang dari terkabulnya hajat kita. Kalau kita pernah melakukan dosa besar, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha.
  6. Datanglah kepada orang-orang Sholeh dan mintalah Do'a dari mereka. InsyaAllah yang menjadi harapan kita akan segera diqobulkan. Bisa juga dengan berziarah ke maqam para wali atau habaib yang mahsyur. Berdo'alah di sana untuk semua hajat kita.
  7. Keluarkan shodaqoh terbaik kita dan berikan kepada yang membutuhkan. Tidak dilihat dari besar-kecilnya, tapi seberapa ikhlas kita mengeluarkannya. Dalam hal ini, jumlah besar diiringi dengan ikhlas lebih baik dari pada jumlah kecil ikhlas. Sesuaikan dengan kemampuan kita yang terbaik.
  8. Senantiasa berpikir positif dan selalu memiliki harapan tinggi kepada Allah SWT.
Kalau semua itu sudah dilakukan, InsyaAllah apapun masalah kita akan segera diqobulkan Allah SWT. Aamiin ya Rabbal 'alamin.


Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA 

Senin, 09 Januari 2023

BUAH DARI ILMU


Mengaji adalah bentuk formal dalam keoriginalan mencari ilmu. Bicara ilmu, banyak manusia yang mendapatkan ilmu dengan jumlah yang banyak, tapi tidak mendapatkan manfaat dan keberkahan ilmu itu. Sadarkah kita, bahwa ilmu itu adalah pintu awal mencapai keridhoan Allah. Syarat kita beribadah adalah dengan ilmu. Dan ilmu yang sampai kepada ridho-Nya Allah adalah ilmu yang berkah. Faktanya banyak orang alim (orang yang mempunyai ilmu) tapi tidak mendapatkan keberkahan dari ilmunya itu. Sehingga, jangankan ilmu itu bisa sampai kepada keridhoan Allah, mendapat berkahnyapun tidak.

Seperti apa gambaran ilmu yang berkah?

Ilmu yang berkah adalah ilmu yang bisa diamalkan dalam kehidupan sehari-hari dan Istiqomah dalam menjalankannya. Juga ilmu itu diperoleh dengan cara yang benar dari guru yang tersambung sanadnya kepada Rosulullah SAW. Sehingga banyak orang yang mengambil manfaat darinya.

Buah dari ilmu adalah keberkahan. Namanya buah tentu ada yang manis, sedang, asem dan pahit. Itu jelas membuktikan bahwa berkah ilmu itu sendiri ada level-levelnya. Semakin tinggi level keberkahan ilmu, maka akan semakin manis dan membawa banyak manfaat untuk banyak orang.

Macam-macam buahnya ilmu, diantaranya :

1. Buah yang manis, itulah kelompok ulama;
2. Buah yang cukup terasa sedang saja, tengah-tengah antara manis dan asem, itulah kelompok para ustadz;
3. Buah yang terasa asem, itulah kelompok santri;
4. Sementara buah yang terasa pahit, itulah kelompok ulama yang buruk atau ustadz yang buruk.

Kalau ilmu yang tidak berkah tak ubahnya seperti pohon yang tidak berbuah. Berbuahnya pohon adalah bukti sebuah keberkahan ilmu.

Mari kita introspeksi diri, sekiranya apa rasa buah yang kita hasilkan?

Kalau rasanya asem ya wajar saja masih tahap belajar (kelompok santri). Atau jangan-jangan buah yang kita hasilkan terasa pahit. Kalau memang benar buah kita terasa pahit, maka perlu diolah supaya bisa dinikmati. Artinya, bisa saja kita berilmu dan mengamalkannya, namun banyak dosa yang kita perbuat. Mengolah buah menjadi rasa yang lebih baik adalah kembali memperbaiki Ibadah dan amal kita. Bertaubat kepada Allah atas segala dosa-dosa yang kita kerjakan. Mudah-mudahan seiring berjalan waktu, buah yang kita hasilkan akan terasa manis.

Menjadikan kita selamat dan berkah dalam hidup tentu sebuah target yang layak diperjuangkan. Karena hal itu menjanjikan kebahagiaan di dunia dan kebahagiaan di akhirat. Selamat artinya tidak ada masalah dalam hidup kita. Sehingga dibuat mudah dan tidak diperhinakan dalam urusan dunia. Berkah artinya bertambah. Hidup kita berkah berarti terus bertambah dan meningkat. Bukan jalan ditempat atau semakin menurun. 2 hal inilah yang terus-menerus kita usahakan. Meski banyak alang-rintang, meski dipenuhi onak dan duri, meski tertatih-tatih kita melangkah, teruslah berjalan dan teruslah mencapainya.

Upaya menjadikan kita selamat dan berkah :

1. Jangan mengundang murka Allah tapi upayakanlah beramal demi mendapatkan ridho Allah SWT.

Murka Allah membuat kita tidak selamat dan berkah. Sementara ridho-Nya menjadikan kita selamat dan berkah dalam hidup.

Hidup di akhir zaman tentu bukan hal mudah dalam memilah dan memilih sesuatu. Padahal perkara yang halal jelas, perkara yang haram juga jelas. Tapi sepertinya, hidup saat ini banyak perkara haram berselimut halal. Sehingga tidak sadar banyak hal baik yang kita kerjakan, tapi malah menjauhkan kita dari ridho-Nya Allah. Ingatlah yang kita kejar itu Ridho Allah bukan murkanya Allah.

Penulis : Admin | MT ATTAQWA HMD JUANGJUMA