Selasa, 10 Januari 2023

MENYIKAPI BENTUK


Setiap bentuk di dunia ini mestilah terdiri dari 2 unsur. Pertama unsur Dzohiriyyah dan kedua unsur bathiniyyah. Unsur luar atau kulit dan unsur dalam atau daging.

Ketika kita melihat buah manggis, tampak dari luar berwarna hitam dengan tekstur yang khas. Kita ambil dan lantas kita makan. Reaksi pertama yang muncul adalah cacian, kekecewaan dan negatif thinking. Kenapa pahit? Buah apa ini? Jangan-jangan beracun. Itulah ungkapan kita, ketika melihat dari sisi luar saja.

Lain cerita tatkala kita buka kulitanya, muncul warna putih dengan tekstur menggoda. Kita ambil dan lantas dimakan. Keluarlah respon dari mulut kita, kenikmatan, kebahagiaan dan positif thinking. Ini buah manis sekali, rasanya nikmat sekali, ini pasti banyak mengandung vitamin.

Coba kita perhatikan, bentuk yang sama tapi menuai respon berbeda. Ternyata, kalau kita melihat bentuk dari sisi luar saja, maka akan menyebabkan kekecewaan dan negatif thinking. Tapi kalau kita melihat bagian dalamnya, maka muncullah kenikmatan dan positif thinking. Itulah ungkapan orang beriman dalam menyikapi apapun, dengan kalimat : "Wahai Tuhan kami, tidaklah Kau ciptakan semua ini sia-sia" (semuanya indah dan nikmat).

Bentuk itu tidak selamanya terlihat. Kejadian apapun yang kita hadapi, juga adalah bentuk. Karena kejadian adalah bentuk, mestilah ada sisi luar dan ada juga sisi dalamnya. Cobalah Anda lihat sisi dalamnya. Sehingga muncullah energi positif dalam menyikapi bentuk apapun yang kita hadapi.

Contohnya, kecelakaan motor karena tertabrak pembalap liar. Motor kita jatuh dan kita terlempar ke tanah. Kaki kita lecet-lecet dan mengeluarkan darah. Itulah sisi luarnya, itulah kulitnya. Tentu saja respon kita adalah penderitaan dan kekecewaan. Coba kita kupas kulitnya, apa yang kita temukan. Ternyata sisi dalamnya adalah nasehat yang sangat berharga. Nasehatnya adalah : Setiap berkendaraan mulailah dengan membaca Do'a. Berlindunglah kepada Allah yang maha perkasa. Akibat kita sombong tidak berdo'a, maka inilah yang kita dapatkan. Saya yakin, akibat dari kejadian itu, ketika kita berkendara lagi, maka kita akan selalu berdo'a sebelum berkendara. Kenapa? Cukuplah satu kali kita jatuh dan tidak mau merasakannya lagi.

Sisi luar terkadang meninggalkan bekas negatif, tetapi sisi dalam, akan meninggalkan bekas positif. Kalau cara kita bersikap selalu memperhatikan bagian dalamnya, tentu akan lebih ringan dalam melangkah. Akan terasa nikmat dalam menjalaninya.

Berakhlak itu tidak selalu berorientasi kepada seseorang saja. Tetapi kepada apapun yang kita hadapi, seperti sebuah peristiwa, kita dianjurkan harus memakai akhlak. Ciri kita berakhlak kepada peristiwa yang tengah dihadapi adalah berpikir positif. Supaya lahir pikiran positif, cobalah untuk melihat bentuk itu dari bagian dalamnya.


DUNIA LADANG AKHIRAT

Perjalanan hidup memang penuh liku dan mendaki. Hanya saja semakin ke sini, seharusnya semakin baik juga benar. Menapaki hidup di dunia ini tak ubahnya seperti bercocok tanam di ladang yang luas. Lahan yang semula kosong, seiring berjalan waktu banyak sudah pohon-pohon yang kita tanami, baik pohon kecil maupun besar. Pohon itu ada yang bernama DOSA dan ada yang bernama PAHALA.

Saat kita lihat ladang itu sekarang, kita dapati ternyata oh ternyata. Ladang itu sudah berubah menjadi hutan belantara. Tapi dari semua pohon yang ada, ternyata banyak sekali pohon-pohon yang bernama DOSA, bahkan ada yang tumbuh tinggi menjulang dan paling besar diantara pohon-pohon lain. Sementara pohon PAHALA kita sangat sedikit sekali dan kebanyakan berukuran kecil.

Pohon yang bernama DOSA, secara bentuk sangat tidak nyaman dipandang karena warna dan bentuknya sangat tidak beraturan. Tidak hanya itu, pohon DOSA juga mengeluarkan aroma busuk yang sangat tajam. Kalau satu pohon saja sudah begitu baunya apalagi berjumlah banyak. Kenapa mudah saja kita menanamnya?

Sementara pohon yang bernama PAHALA, secara bentuk sangat indah dipandang dengan warna putih berkilau juga hijau yang segar. Tak hanya itu, ia mengeluarkan aroma wangi yang luar biasa. Sehingga karena wangi dan bercahaya pohon itu bisa membuat mati pohon DOSA disekitarnya. Kenapa sulit sekali kita menanamnya?

Alangkah beruntungnya ketika manusia bertaqwa kepada Alloh SWT. Tentu ladang yang ia garap, banyak ditumbuhi pohon-pohon PAHALA yang indah berkilau juga wangi semerbak. Pohon PAHALA itu ada yang besar menjulang dan sangat indah dibanding pohon-pohon lain. Sehingga muncullah di bawah pohon itu sungai yang mengalir air jernih. Udara sejuk wangi menyeruak. Dipojok ladang ada sedikit kita dapati pohon DOSA tapi tertutupi dengan keindahan pohon-pohon PAHALA yang berjumlah banyak itu.

Kira-kira ladang kita seperti apa ya?

Mari kita tanami ladang kita masing-masing dengan amal Sholeh dan Taqwa kepada Alloh SWT. Kita cabut pohon DOSA itu dan tanamlah pohon PAHALA yang banyak.

SELALU ADA HARAPAN

Suatu ketika dalam pengajian saya ditegur oleh guru, "Ente jangan banyak mikir, banyakin Dzikir" begitu ujarnya, saya hanya tersenyum sambil bilang iya. Kata yang singkat namun sarat dengan makna mendalam.

Banyak berdzikir jangan banyak berpikir, adalah pedoman ketika menghadapi apapun, terlebih lagi masalah besar yang tengah kita hadapi. Langkah pertama adalah berdzikir. Kita adukan semua permasalahan itu kepada Allah SWT. Kita memohon supaya Allah menanggung semua masalah kita. Karena Allah sangat layak untuk kita mohon. Setelah selesai berdzikir, barulah mulai kita berpikir. Berpikir yang kita lakukan setelah dzikir akan menjadi enteng meski masalah itu berat menurut kita. Sebentar saja kita berpikir, Allah SWT sudah berikan solusi yang terbaik.

Filosofi berdzikir lebih dahulu kemudian berpikir, memberikan ruang kepada kita untuk tetap memiliki harapan. Buah dari berdzikir adalah harapan yang besar terhadap masalah kita. Karena kalau kita terlampau banyak berpikir, akan muncul rasa khawatir, was-was, ketakutan, cemas, kebingungan dan akhirnya putus asa. Meski ada solusi dari kita berpikir tanpa dzikir terlebih dahulu, pastilah itu datangnya dari syetan. Karena bisa terjadi muncul pikiran yang menghalalkan segala cara.

Ada sebuah fakta, seseorang sudah berdzikir dan terus-menerus dilakukan, tapi permasalahannya tak kunjung selesai dan rasa was-was terus menghantuinya. Bagaimana ini?

Untuk menjawab permasalahan di atas, mungkin keterangan di bawah ini bisa membantu.

  1. Inilah cara Allah menguji keimanan seorang hamba. Seberapa kuat iman itu tertancap di hatinya. Istiqomah saja berdzikir dan mintalah sepenuh hati kepada-Nya. insyaAllah apa yang menjadi hajat kita akan dikabulkan-Nya. Jangan pedulikan berapa lamanya, tapi fokuslah kepada keikhlasan dan Istiqomah menjalankannya. Hasil akhir itulah urusan Allah. Urusan kita hanya berusaha.
  2. Satukanlah keinginan kita dengan Irodah-Nya. Keinginan kita hanyalah sejauh mana kita memandang sesuatu itu pantas dan baik menurut kita. Tapi Irodah Allah lah yang maha berhak berkehendak terhadap seorang hamba. Boleh jadi keinginan kita itu tidak mendapat ridho-Nya. Maka satukanlah keinginan kita dengan Irodah dan Qudroh-Nya Allah SWT.
  3. Boleh jadi kita belum ikhlas dalam berdzikir. Setiap waktu kita sibuk menunggu hasil, menunggu pemberian Allah, tanpa berpikir apa yang Allah harapkan terhadap kita. Jangan fokus kepada hasil, tapi sibukkanlah diri kita untuk banyak beramal sholeh dan meninggalkan hal yang diharamkan-Nya.
  4. Mungkin ada orang-orang yang kita dzolimi dan kita belum meminta maaf kepada mereka. Karena hal itu sebagai hijab Do'a kita diqobul Allah. Kembalikanlah hak orang-orang yang kita dzolimi. Contohnya, kita punya hutang kepada orang. Bayarlah hutang itu. Kalau belum bisa, bicaralah baik-baik kepadanya untuk kelonggaran waktu pembayaran. Itulah namanya mengembalikan hak orang yang kita dzolimi.
  5. Perbanyaklah istighfar. Karena dosa-dosa yang kita kerjakan adalah penghalang dari terkabulnya hajat kita. Kalau kita pernah melakukan dosa besar, bertaubatlah kepada Allah dengan taubatan nasuha.
  6. Datanglah kepada orang-orang Sholeh dan mintalah Do'a dari mereka. InsyaAllah yang menjadi harapan kita akan segera diqobulkan. Bisa juga dengan berziarah ke maqam para wali atau habaib yang mahsyur. Berdo'alah di sana untuk semua hajat kita.
  7. Keluarkan shodaqoh terbaik kita dan berikan kepada yang membutuhkan. Tidak dilihat dari besar-kecilnya, tapi seberapa ikhlas kita mengeluarkannya. Dalam hal ini, jumlah besar diiringi dengan ikhlas lebih baik dari pada jumlah kecil ikhlas. Sesuaikan dengan kemampuan kita yang terbaik.
  8. Senantiasa berpikir positif dan selalu memiliki harapan tinggi kepada Allah SWT.
Kalau semua itu sudah dilakukan, InsyaAllah apapun masalah kita akan segera diqobulkan Allah SWT. Aamiin ya Rabbal 'alamin.

HARUS TAHU DIRI, CUMA NUMPANG

Merasa memiliki itu berbuah kesombongan. Karena memang sejatinya kita tidak memiliki apapun. Bahkan kita tinggal di bumi Alloh ini juga cuma numpang. Karenanya kita harus tahu diri.

Saat kita makan dengan menu yang sesuai, tentu sangat lahap kita makannya. Nikmatnya sangat terasa di lidah kita. Kita santap semuanya, seenaknya dan sepuasnya.

Namun sadarkah kita, kalau kita di sini hanya numpang makan? Kita tinggal di rumah-Nya. Kita numpang makan di sini dengan makanan pemberian-Nya. Kita numpang tidur di kasur pemberian-Nya. Juga semua fasilitas yang sudah diberikan-Nya. Oleh karena itu, wajib kita tahu diri. Wajib kita membereskan rumah ini. Menyapu lantai yang kotor dan mengepelnya, mencuci piring yang kotor dan semua pekerjaan rumah yang harus kita kerjakan. Itu namanya tahu diri karena kita numpang.

Tahu diri adalah bentuk lain dari ungkapan tahu berterima kasih, atau bahasa agamanya bersyukur atas nikmat yang sudah diberikan-Nya.

Kalau kita sederhanakan rasa tahu diri di lingkungan rumah, apa sajakah yang harus kita lakukan?
  1. Kerja dulu dan bereskan rumah dulu, baru kita makan. Itu namanya tahu diri.
  2. Kalau selesai makan, piring harus langsung dicuci dan disimpan di tempat semula. Supaya tidak berantakan. Itu namanya tahu diri.
  3. Tanpa disuruh kita rapihkan barang-barang yang berantakan. Itu namanya tahu diri.
  4. Kita harus merawat, memelihara dan menjaga keamanan semua barang-barang di rumah. Itu namanya tahu diri.
  5. Kalau kita dikasih makan seadanya jangan protes. Kita nikmati saja. Itu namanya tahu diri.
  6. Kalau kita disuruh apapun harus langsung dikerjakan sebaik-baiknya. Tanpa ada komentar dan keluh-kesah. Itu namanya tahu diri.
  7. Kalau kita dipanggil harus langsung memenuhi panggilan-Nya. Itu namanya tahu diri.
  8. Sampai kapanpun kita harus merasa numpang di rumah ini, jangan merasa memiliki dan menguasai meski dipersilahkan dan dibiarkan oleh yang Punya. Itu namanya tahu diri.
  9. Jangan mengotori rumah dan merusak barang-barang yang ada. Itu namanya tahu diri.
  10. Kalau diberi hadiah buru-buru ucapkan terima kasih. Itu namanya tahu diri.
  11. Gunakan air secukupnya, gunakan listrik secukupnya, gunakan uang secukupnya dan yang lainnya secukupnya, sesuai kebutuhan saja, tidak boros dan berlebihan. Itu namanya tahu diri.
  12. Kalau berbuat salah, buru-buru minta ampun. Jangan terus menerus melakukan kesalahan. Apalagi tidak pernah meminta maaf. Itu namanya tahu diri.
Begitulah gambaran kecil kita numpang di bumi ini. Tahu dirilah kita. Malulah kita kalau berbuat salah. Baik-baiklah kita hidup di dunia ini.

SABAR DAN IKHLAS

Sabar dan ikhlas adalah kata yang ringan dan mudah diucapkan. Namun sebagian besar orang enggan mengetahuinya lebih jauh, terlebih lagi mengamalkannya. Kenapa? Saya sendiri tidak tahu jawabannya. Kok bisa?

Mungkin cerita berikut bisa menjawabnya : Suatu saat ada orang yang mendapatkan musibah. Ia curhat kepada temannya. Dengan entengnya sang kawan bilang : "sabar saja". Orang yang dapat musibah itu berucap : "kamu enak tinggal bilang sabar. Aku kan yang ngerasain" ujarnya kesal.

Berdasarkan cerita di atas siapa yang salah? Salahkah sang teman yang menasehatinya dengan sabar? Kenapa orang yang kena musibah itu sepertinya tidak mau tahu tentang sabar?

Kerap kali kita temui dari berbagai masalah yang diadukan, mestilah jawabannya "sabar". Benarkah Sabar itu obat untuk masalah kita?Mari kita cari tahu tentang itu.

Sabar itu apa?

Banyak para pakar ilmu mendefiniskan Sabar. Mungkin kalau dibahas di sini terlalu panjang dan kita sudah tidak tertarik lagi untuk membaca tulisan ini.

Definisi sederhana, Sabar adalah Intens, kokoh dan kuat menikmati atau bertahan dalam durasi lama karena ada harapan yang akan diperoleh. Ruang lingkup sabar hanya kepada Ketho'atan dan Ibadah. Bukan kepada dosa dan maksiat.

Ketika seseorang sedang beramal, ia wajib bersabar melewatinya. Tentu nilai sabar tersebut akan menjadi optimal ketika ada Ikhlas di dalamnya. Jadi sabar dan ikhlas adalah satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan.

Apa itu Ikhlas?

Ikhlas adalah meng-Esa-Kan Alloh sebagai Dzat yang maha Benar di dalam Ketho'atan ibadah dengan niat yang benar hanya mengharapkan ridho Alloh semata. Kalau agak kepanjangan soal ikhlas, bisa disederhanakan, Ikhlas adalah Lillahi Ta'ala. Semuanya karena Alloh Ta'ala.

Kisah Sabar dari Al-Qur'an

Suatu ketika, Nabi Musa A.S. hendak berguru kepada Nabi Khidir A.S. Kata Nabi Khidir, kamu (Musa) tidak akan bisa sabar mengikutiku. Nabi Musa menjawab :"Saya pastikan, saya bisa sabar". Ujarnya tegas. Nabi Khidirpun kemudian berkata :

وَكَيْفَ تَصْبِرُ عَلَىٰ مَا لَمْ تُحِطْ بِهِ خُبْرًا

"Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (al-Kahfi : 68)

Singkat cerita Nabi Musa akhirnya diijinkan oleh Nabi Khidir untuk belajar kepadanya. Dan Akhirnya Nabi Musa tetap tidak sabar. Itulah kisah yang ditulis Alloh SWT di dalam Al-Qur'an. Batal menjadi murid bisa terjadi karena tidak sabar. Termasuk banyak bertanya dan mempertanyakan adalah bentuk ketidaksabaran.

Mengkaji ayat di atas, bahwa manusia tidak akan sabar ketika tidak tahu ilmunya. Dengan kata lain, bagi orang yang tahu ilmunya atau diberikan Taufiq oleh Alloh untuk mengetahuinya, maka insyaAlloh ia mampu bersabar menghadapinya. Sabar dan ikhlas adalah sesuatu yang mudah difahami, tapi butuh waktu untuk bisa mengamalkannya.

Apakah ilmunya untuk bisa sabar?

Kalau sudah sampai pada tahap ini, saya yakin anda adalah orang yang berhak untuk sabar.

Senin, 09 Januari 2023

BIKA ASHBAHNA

Bika Ashbahna

Pagi itu sangat indah. Waktu pagi adalah ba'da Shubuh sampai terbit matahari. Awal perubahan dari gelapnya malam hingga muncul matahari dan berganti siang. Sejatinya itulah kejadian yang luar biasa. Karenanya, Nabi menganjurkan kepada kita untuk berdzikir di saat itu. Terlebih banyak juga firman Allah dalam Al-Qur'an yang memerintahkan hamba-Nya untuk bertasbih di kala itu.

Ashbaha atau Ashbahna adalah ungkapan syukur manusia karena sudah berada di pagi hari dan merasakan keberkahan pagi hari. Karena Allah-lah kita merasakan pagi hari itu. Dan karena Allah-lah kita diizinkan untuk berdzikir kepada-Nya. Itulah sejatinya anugerah yang amat luar biasa. Banyak sekali Fadhilah berdzikir di pagi hari, dimulai dari ba'da sholat Shubuh hingga terbitnya matahari.

Sebaik-baiknya waktu berdzikir adalah sebelum matahari terbit atau Ibkar (pagi), dan sebelum matahari terbenam atau 'Asyiyi (Petang). Keduanya adalah "sebelum". Sebelum matahari terbit dan sebelum matahari terbenam. Itulah waktu mulia, waktu yang terbaik untuk berdzikir kepada Allah SWT.

Perspektif "sebelum" adalah awal terjadinya sesuatu. Itu adalah ruang persiapan untuk mengerjakan sesuatu. Bisa juga sebagai syarat untuk menyempurnakan rukun. Apalah artinya pekerjaan yang kita lakukan jika tidak ada persiapan yang matang. Kata "sebelum" memberikan kita pelajaran berharga. Sebutlah pelajaran itu adalah pentingnya persiapan. Karenanya ada sebuah ungkapan : "Maju tanpa persiapan maka turun tanpa Penghormatan".

Disela waktu dalam menjalankan pekerjaan, saya sempat berdiskusi dengan seorang teman. Beliau menuturkan bahwa perbedaan orang Indonesia dengan orang luar negri itu nyaris tidak ada, sejatinya. Bukannya mereka lebih hebat atau lebih cerdas. Fakta dilapangan sama saja hasilnya. Bahkan orang Indonesia tidak kalah jenius dibanding mereka. Teman saya itu bekerja di perusahaan tambang. Beliau hampir setiap hari bertemu dan bekerja dengan orang luar negri. Ada satu hal yang membedakan mereka dengan kita, ujarnya. Mereka kalau mau meeting, mesti 1 jam sebelum meeting dimulai, sudah hadir di lokasi. Kalau orang kita justru sebaliknya. Meeting sudah dimulai, baru tiba di lokasi. Apa sih keuntungan hadir di lokasi meeting sebelum dimulai? Tanyaku penasaran. Ketika kita tiba di lokasi sebelum dimulainya acara, itu sebuah keuntungan besar. Kita bisa meruang dengan lokasi dan bisa persiapan yang lebih sebelum dimulainya meeting. Itulah fakta, kenapa mereka selalu tampil ok ketika meeting bersama dengan orang Indonesia. Begitu katanya.

Allah SWT memerintahkan hambanya yang beriman untuk senantiasa berdzikir dan bertasbih di waktu sebelum terbit matahari dan sebelum terbenam matahari. Itu adalah gambaran bahwa, sebelum hari berganti kita dipersilahkan untuk memanjatkan doa dalam ruang persiapan menempuh hari itu. Hingga hasilnya, orang yang sadar terhadap dzikir di waktu itu akan mendapat keberkahan yang berbeda dengan orang yang selalu melewatkannya. Sama halnya dengan orang yang senantiasa memperhatikan persiapan sebelum memulainya pekerjaan. Bahkan, itu sudah dipakai oleh orang-orang non muslim. Jadi wajar saja kalau mereka terkesan selalu diposisi depan dan sukses.